Jakarta (primedailydigest.com) – Doping adalah pelanggaran serius di dunia olahraga, termasuk sepak bola. Tindakan menggunakan zat atau metode yang dilarang untuk meningkatkan kinerja fisik atau mental secara tidak wajar tidak hanya membahayakan kesehatan atlet, tetapi juga melukai prinsip permainan wajar yang membentuk dasar dalam setiap kompetisi olahraga.
Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) sebagai badan manajemen sepak bola dunia menerapkan aturan ketat yang terkait dengan doping. Kerjasama erat dengan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) dilakukan untuk memberantas penggunaan doping secara keseluruhan, baik melalui tes rutin, kontrol obat, untuk penerapan sanksi yang ketat.
Pemahaman dan jenis doping
Doping mengacu pada penggunaan zat atau metode yang termasuk dalam daftar yang dilarang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan manfaat kompetitif secara tidak adil, seperti meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, atau kecepatan pemulihan tubuh.
Beberapa zat yang sering digunakan dalam praktik doping meliputi:
Stimulansia, seperti amfetamin dan kokain, untuk meningkatkan fokus dan energi. Steroid anabolik, untuk meningkatkan massa dan kekuatan otot. Hormon Pertumbuhan Manusia (HGH), untuk mempercepat pemulihan jaringan. Erythropoietin (EPO), yang meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Diuretik, yang digunakan untuk menurunkan berat badan dengan cepat dan menyembunyikan jejak zat ilegal.Selain bahan kimia, ada juga metode doping seperti doping darah (mandiri darah), manipulasi genetik (doping gen), dan penggunaan agen masking.
Baca Juga: Hukuman dikurangi menjadi 18 bulan, Pogba dapat kembali bermain pada tahun 2025
Langkah FIFA dalam Pengawasan Doping
FIFA menetapkan sejumlah langkah strategis untuk mencegah dan menindak penggunaan doping dalam sepakbola, termasuk:
1. Tes acak dan rutin
Pemain dapat dipanggil untuk menjalani tes doping kapan saja, baik selama kompetisi maupun di luar musim. Sampel urin dan darah diambil untuk dianalisis oleh laboratorium resmi yang diakreditasi oleh WADA.
2. Pengecualian Penggunaan Terapi (Sel)
Jika seorang pemain membutuhkan obat yang mengandung zat ilegal karena alasan medis, ia harus menyerahkan Sel untuk otoritas terkait. Tanpa izin ini, penggunaan obat masih dianggap sebagai pelanggaran doping.
3. Sanksi yang ketat
FIFA menjebak sanksi parah untuk doping pelaku, termasuk:
Larangan bermain, yang dapat bertahan selama beberapa bulan hingga bertahun -tahun, seperti kasus Paul Pogba. Diskualifikasi tim, jika pelanggaran doping massal ditemukan dalam satu tim. Denda keuangan untuk pemain atau klub yang melanggar.Dampak doping dalam sepakbola