Artinya, ini hampir 100 persen dari posisi pertumbuhan pada Maret 2025Jakarta (primedailydigest.com) – PT Bank Syariah Indonesia TBK (BSI) memproyeksikan penjualan emas pada akhir April 2025 melonjak hingga 230 kilogram bulan ke bulan (MTM) Dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yaitu 126 kilogram.
“Pada bulan April, sekarang sekitar 107 kilogram di posisi terakhir (per 13 April 2025). Kami memproyeksikan bahwa bulan ini akan naik kira -kira (menjadi) sekitar 230 kilogram. Artinya, ini hampir 100 persen dari posisi pertumbuhan pada Maret 2025,” Direktur Penjualan & Distribusi BSI Anton Sukarna di HALAL HALAL Acara.
Anton mencatat bahwa penjualan emas di BSI telah meningkat secara signifikan sejak awal tahun ini. Penjualan emas hanya mencapai 34 kilogram pada Januari 2025 dan meningkat menjadi 64 kilogram pada Februari 2025 atau tumbuh 88,23 persen basis bulanan (MTM).
Selain itu, penjualan emas melonjak pada Maret 2025 dengan pertumbuhan bulanan 96,87 persen mtm menjadi 126 kilogram.
Tingkat Anton, Penyebab Lonjakan Penjualan Emas Terkait dengan Peningkatan Literasi Publik untuk Prospek Emas, terutama Setelah Bank Emas (bank bullion) diresmikan pada bulan Februari 2025. Plus, emas menjadi Safe Haven Ketika ketidakpastian ekonomi global berlanjut.
“Jadi ketika orang tidak dalam kondisi nyaman terkait dengan investasi dalam bentuk apa pun, maka ia akan mengambil posisi investasi teraman. Emas hari ini adalah salah satu bentuk investasi yang paling aman dan termudah,” kata Anton.
Pertumbuhan positif juga terlihat dalam hal keseimbangan emas di BSI yang dicatat pada 715 kilogram pada 13 April 2025 dan diproyeksikan mencapai 1.103 kilogram pada akhir April 2025.
Pada Januari 2025, keseimbangan emas di BSI adalah 463 kilogram dan meningkat menjadi 507 kilogram di bulan berikutnya atau tumbuh 9,5 persen MTM. Selain itu, keseimbangan emas meningkat menjadi 621 kilogram pada Maret 2025 atau tumbuh 22,48 persen mtm.
Total Gold Managed BSI, termasuk BSI EMAS (Byond), Gold Pawn, dan Gold Cicilan, pada Februari 2025 tahun hingga saat ini (YTD) tumbuh 2,43 persen dari 17,24 ton menjadi 17,66 ton.
Seperti diketahui, ketidakpastian global berlanjut karena peningkatan tarif impor yang dikenakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia. Kebijakan yang diumumkan pada saat ini telah memicu kekacauan pasar saham termasuk di Indonesia.
Ketika ditanya oleh wartawan apakah BSI melihat transfer dana dari pasar modal ke instrumen emas, Anton mengatakan bahwa partainya belum selesai pelacakan terhadap sumber pelanggan yang membeli emas di BSI. Namun tentu saja, kinerja bisnis emas di BSI memang tumbuh secara signifikan setiap bulan.