UNGARAN, KOMPAS.com – Samsudin, warga Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah berhasil menjadikan lahan terbatas menjadi sumber keuntungan.
Dengan memanfaatkan lahan seluas 180 meter persegi di samping kandang sapi, ia menerapkan sistem tanam hidroponik untuk budidaya melon.
“Awalnya saya bertemu dengan teman-teman komunitas petani melon, cabai, dan bunga. Karena mereka bercerita tentang bisnis melon ini, saya memutuskan untuk mendirikan rumah kaca ini pada awal tahun 2024,” kata Samsudin saat ditemui di rumah kaca Mitrafarm miliknya, Kamis (17/). 10/2024).
Baca juga: Harga Melon di Jepang Bisa Capai Ratusan Juta Rupiah, Kok Bisa?
Dalam setiap panennya, lahan yang dikelolanya mampu menghasilkan sedikitnya tujuh kuintal melon premium.
“Kami menjual melon dengan harga Rp 25.000 per kilogram, jauh di bawah harga pasaran yang bisa mencapai Rp 50.000 per kilogram,” imbuhnya.
Keunggulan hidroponik dalam budidaya melon
Samsudin memilih sistem hidroponik karena kondisi lahan yang merupakan sawah tadah hujan.
“Sistem hidroponik tidak bergantung pada hujan. Kalau mau menanam bisa kapan saja. Kami juga punya sumur sendiri untuk menyiram tanaman,” jelasnya.
Menurutnya, kelebihan menggunakan sistem hidroponik adalah kemampuan menanam hingga empat kali dalam satu tahun.
“Budidaya konvensional memerlukan perawatan ekstra, seperti insektisida. Hidroponik lebih aman karena steril dari hama dan penyakit tanaman,” ujarnya.
Baca juga: 8 Manfaat Melon untuk Kesehatan Tubuh, Apa Saja?